Wednesday 25 March 2015

   Mungkinkah ini hari-hari terakhir kita? Saat dimana aku bisa membayangkan bagaimana jika aku tak lagi dapat menyentuh wajahmu lagi, tak lagi dapat membuatmu tersenyum lagi. Aku kembali duduk diatas kerumunan pasir putih menunggu senja. Ingatkah engkau saat dulu engkau bilang bahwa engkau mencintai aku? Aku rindu mendengarnya, aku rindu mendengar kamu memanggilku sayang. Aku tidak pernah berharap kau memilih aku karena tak lagi ada pilihan, aku mau kau memilihku walau dihadapanmu ada beribu pilihan. Aku rindu melewati senja bersamamu, aku rindu mengecap indahnya senja kala itu. Dikala langit tak lagi biru melainkan jingga. Aku ingin terbang menyebrangi bantaran khatulistiwa hanya sekedar singgah di rumah biru dimana aku bisa menyesap secangkir kopi bersamamu. Tapi, akankah kita terus seperti ini? Aku ingin dunia tau seberapa aku ingin berada disana saat engkau jatuh, hanya untuk membantu mu untuk kembali berdiri, menopangmu kembali tapi bukan untuk menyerahkan kamu kepada yang lain. Adakah arti dari sebuah bunga matahari dibandingkan anggunnya berjuta mawar yang mengelilingi dirimu.
   Ada suatu saat dimana mungkin aku akan pergi, percayalah saat itu hanya akan terjadi saat engkau menyuruh aku menyingkir dan pada saat itu aku akan berterima kasih kepada Tuhan karena aku pernah dibiarkan untuk singgah sementara bersama seorang malaikat tanpa sayap dan Ia membiarkan aku mencintai mu hingga sedalam ini. Terkadang aku hanya berharap akankah kau memilih tinggal, hanya untuk aku. Karena aku begitu mencintai tawa mu, karena aku merasa bahagia karena melihat senyum mu itu. Hingga suatu saat, ketika engkau pergi kembali pulang ke istana mu nanti dan kembali menjadi milik putri mu, sesungguhnya aku berharap menjadi putri itu... :)

No comments:

Post a Comment