Dalam sepotong gambar terlukis beribu senyum mengandung sejuta makna, seakan aku dapat membekukan waktu. Hari dimana aku bertemu dengan kamu untuk pertama kalinya. Hari dimana aku mengenal mu untuk pertama kalinya. Sejuta memori ku terlukis dalam lukisan kamera. Mungkin salah satu kepingan dari rasa yang dinamakan cinta. Hanya tersisa kepingan - kepingan memori indah yang pernah kita rajut bersama. Di sana beribu cerita indah, tawa dan canda, tangis dan rindu mengalun membentuk sebuah melodi cinta.
Aku begitu mencintai semua kepingan foto tentang kita. Mungkin, sudah terhapus semua kepingan cinta bagi mu. Tapi aku membuktikan itu, aku berdiri tegar disini menunggu kembalinya engkau. Aku tau mungkin aku terlalu bodoh, namun aku tak dapat menyalah kan gravitasi karena jatuh cinta kepada seseorang seperti kamu. Setiap alunan nada - nada lawas kesukaan mu teringat kembali, terkenang semua tingkah lucu mu yang tak akan pernah bisa aku lupakan.
Terkenang akan semua kata - kata indah yang manis itu. Namun, semua terasa pedih, sakit. Dahulu pernah teerpaut sebuah janji untuk saling jujur, namun hal itu aku dan engkau langgar bukan? Maaf aku tak sepintar saat aku mengerjakan soal - soal matematika di saat aku mencintai mu. Mencintaimu lebih sulit dari saat aku mengerjakan soal - soal matematika itu. Aku tak sadar seberapa rentang kaca cinta itu. Tanpa sengaja karena kebodohan aku, aku memecahkan salah satu hal yang paling berharga untuk aku. Aku hanya mencoba untuk memberikan semua perhatian, namun itulah palu yang aku gunakan untuk memecahkan kaca cinta itu.
Dahulu ada orang yang berkata jika ia akan bahagia seandainya seseorang memperhatikannya, dan itu juga yang aku rasakan. Tapi aku salah, itu tidak membuat dirimu bahagia bukan? Itu hanya membuat mu merasa terkekang. Aku tau akan keadaan aku yang membuat aku tidak selalu bisa berada di samping mu, aku pun tau seberapa pengecut aku untuk selalu bisa bersama kamu. Aku takut kamu akan merasa aku membuat mu jenuh ternyata dengan perhatian itu lah yang membuat mu jenuh dan merasa terkekang oleh aku. Ironis. Tapi, percayalah ketika aku bilang "AKU TERAMAT SANGAT MENCINTAI DIRIMU".
No comments:
Post a Comment